Pengrajin Rotan Harus Diberi Subsidi
Sejak krisis global menerpa Amerika dan Eropa tahun 2008, industri rotan nasional belum menunjukkan tren positif. Fakta yang terjadi justru banyak pengrajin rotan yang gulung tikar. Para pengrajin dan sumber bahan baku rotan di Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Tengah, mengalami penurunan permintaan ekspor produk rotan, baik sebagai bahan baku atau produk mebel.
Anggota Komisi VI DPR Atte Sugandi (F-PD) menanggapi situasi terakhir industri rotan nasional ini. Kepada Parlementaria, Selasa (14/5), ia mengatakan, memang ada beberapa jenis rotan kita yang tidak boleh lagi diekspor. Industri rotan harus diutamakan untuk kebutuhan dalam negeri. Dan kalau pun ada pengarajin yang terpuruk dengan kondisi ini, maka harus diberi subsidi agar bisa bangkit dari keterpurukan.
“Yang kita kritisi, pertama bahwa industri rotan harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Itu dengan upaya tidak mengekspor. Selanjutnya, pengrajin rotan harus diberikan subsidi,” kata Atte. Seperti diketahui, sentra kerajinan rotan di Cirebon, Jawa Barat, saat ini mengalami penurunan pasokan rotan, sehingga sebagian bahan bakunya diganti dengan plastik.
Sementara kondisi di Sulawesi Tengah dan Kalimantan Tengah sebagai penghasil rotan justru menginginkan jenis rotannya diekspor. Kondisi ini menyebabkan pengrajin di dalam negeri kekurangan pasokan, sehingga tidak bisa lagi memproduksi secara massal. “Ada paradok atau kontradiksi dari industri rotan kita,” ungkap Atte.
Atte juga menyoroti soal lemahnya inovasi produk rotan dari para pengrajin kita. Walau pun kita punya sumber rotan yang melimpah, tapi bila tidak berinovasi menciptakan produk-produk rotan yang menarik, kita selalu kalah bersaing dengan pasar luar negeri. “Desain produk harus sesuai selera pasar. Karena kalau tidak, ya tidak akan laku.”
Larangan ekspor jenis rotan tertentu, lanjut Atte, justru untuk menguatkan industri rotan dalam negeri. Bila terus menerus rotan kita diekspor ke luar negeri, maka negara-negara lain akan menjadi pesaing kita dalam berinovasi dengan rotan. Padahal, rotannya sendiri dari Indonesia. Dan kita tahu, nilai jual produk rotan dari negar-negara lain sangat bagus, jauh meninggalkan kita.
“Tetap untuk bahan baku rotan tertentu itu harus ada larangan ekspor ke luar, karena kalau diekspor terus ke luar negeri akan menjadi pesaing kita dalam desain furniture berbahan baku rotan,” tandas Atte. (mh)/foto:iwan armanias/parle.